Tiwul Gunungkidul, Panganane wong ndeso yang kini naik kelas
Minggu, 05 Oktober 2014
Add Comment
Tiwul adalah makanan khas Gunungkidul. Tiwul terbuat dari singkong yang dikeringkan (gaplek). Selama beberapa dekade, makanan ini diidentikkan dengan kemiskinan di daerah kering tersebut. Tetapi sekarang, tiwul telah menjelma menjadi oleh-oleh yang paling banyak dicari. Tiwul berhasil mendongkrak imej menembus batas gengsi. Kenangan akan romantisme masa lalu, terobati ketika butir-butir halus tiwul dinikmati. Makanan yang dulu dipakai sebagai pengganti nasi sekarang menjadi camilan dengan pemanis gula kelapa.
SEWAKTU penulis masih kecil dan tinggal di pelosok Desa
Gunungkidul pada tahun 1970-an, tiwul adalah makanan pokok sehari-hari. Waktu
itu memang masih zaman susah. Nasi putih atau nasi dari bahan beras hanya
sebagai campuran tiwul saja. Dulu kami menyebutnya "sego pletik".
Untuk sarapan, sego pletik plus sambel bawang dan tempe goreng sepotong adalah
menu spesial kami di kala itu.
Namun kini posisinya telah berubah. Tiwul tak lagi menjadi
makan pokok lagi. Posisinya telah digantikan oleh beras, atau full sego putih. Tiwul telah berubah peran
menjadi kudapan atau jajanan pasar. Bahkan belakangan si Tiwul telah naik
pangkat menjadi barang souvenir, atau oleh-oleh. Bahkan di Gunung Kidul
sekarang banyak bermunculan gerai yang menawarkan oleh-oleh bebahan baku gaplek
ini.
Tapi jangan membayangkan tiwul modern ini sama dengan timul masa
lalu dengan sambel bawangnya. Tiwul kini sudah selembut roti. Teksturnya halus.
Warnanya pun menarik. Ditambah gula jawa, maka tiwul racikan masa kini ini
rasanya manis. Berpadu dengan rasa gurih dari parutan kelapa, maka sore hari
menjadi lebih berwarna ditemani secangkir kopi atau teh.
Dari pantauan Penulis, dalam prosesnya, tiwul modern ini
masih menggunakan tungku tradisional berbahan bakar kayu. Begitu juga dengan
kuali logam dan kukusan kerucut dari bambu masih dipertahankan. Sepertinya ini
dimaksudkan untuk menjaga citarasa hasil olahannya. Untuk dijadikan sebagai
oleh-oleh penjual menyiapkan tiwul dengan besek bambu. Anda pun bisa
memilih berbagai rasa tiwul, ada rasa keju, cokelat, manis, dan orisinil.
Sedangkan bagi anda yang ingin mencoba mengolahnya sendiri, penjual juga banyak
menyediakan bahan tiwul instan. Ini mungkin karena tiwul siap saji ini tidak
bisa bertahan lama.
Cara
Membuat Tiwul
Bahan: Kelapa parut, Gula merah yang dicairkan, Singkong atau ubi kayu yang sudah dikupas, Daun pisang
yang sudah dibersihkan.
Cara membuat:
- Jemur singkong yang telah dikupas terlebih dahulu hingga kering, kira-kira empat hari atau satu minggu;
- Apabila singkong telah kering (menjadi gaplek), cuci singkong tersebut lalu tumbuk kasar;
- Setelah ditumbuk, bungkus singkong yang sudah ditumbuk dengan daun pisang dan lipat daun pisang serapi mungkin;
- Kemudian masukkan nasi tiwul ke dalam dandang, dan kukus hingga matang, kira-kira satu samapi satu setengah jam;
- Apabila nasi tiwul telah matang, angkat dari dandang lalu sajikan dengan gula merah yang telah dicairkan atau kelapa parut.
Kandungan
Gizi Tiwul
Tiwul mengandung energi sebesar 342 kilokalori; protein 2,3 gram;
karbohidrat 38,1 gram; lemak 0,1 gram; kalsium 27 miligram; fosfor 61 miligram;
dan zat besi 7,6 miligram. Tiwul juga mengandung vitamin A sebanyak 0 IU;
vitamin B1 0,06 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat
dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Tiwul, dengan jumlah yang dapat
dimakan sebanyak 100 %.
Disarankan untuk Penderita Diabetes
Seseorang
dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa > 126
mg/dL dan pada tes sewaktu lebih dari 200 mg/dL. Kadar gula darah sepanjang
hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam
waktu 2 jam. Kadar gula darah normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya
berpuasa adalah 70 -110 mg/dL. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120 –
140mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun
karbohidrat lainnya.
Sebenarnya
anjuran makan pada diabetes sama dengan anjuran makan sehat pada umumnya, yaitu
makanan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan energi masing-masing. Menu
seimbang maksudnya, dalam menu terkandung berbagai makanan yang mengandung
sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Sumber zat
tenaga misalnya nasi, kentang, jagung, roti, mie, dan sebagainya. Sumber zat
pembangun misalanya daging sapi, ayam, ikan, telur, susu, tahu, tempe dan
sebagainya. Sedangkan sumber zat pengatur seperti sayuran dan buah-buahan.
Namun, yang membedakan orang sehat dengan penderita diabetes adalah masalah
kebutuhan energi yang dapat mengubah kalori menjadi tenaga. Sehingga, penderita
diabetes dianjurkan memakan makanan sumber tenaga penguraiannya lambat menjadi
gula yang untuk selanjutnya menjadi tenaga..
Penderita
diabetes mesti menghindari nasi sebagai sumber tenaga, karena nasi adalah jenis
makanan tinggi kalori dan cepat terurai menjadi gula. Umbi-umbian adalah
makanan yang sering digunakan sebagai bahan pengganti nasi. Namun, umbi-umbian
tidak memiliki variasi makanan yang sama seperti nasi. untuk mengatasi hal
diatas orang banyak menggunakan Tiwul yaitu jenis makanan dari singkong yang
dibuat granulasi menyerupai nasi dan dapat menikmati makanan sebagai pengganti
nasi agar menu santapan masih sama dengan biasa seperti buah dan lauk namun
makanan sumber energi bisa dari tiwul yang menyerupai
nasi. //**
0 Response to "Tiwul Gunungkidul, Panganane wong ndeso yang kini naik kelas "
Posting Komentar