Masjid Raya Ganting, Bung Karno pernah Mengungsi ke Masjid Ini


destinesia wisata destinasi wisata indonesia
Masjid Raya ganting awalnya dibangun pada tahun 1700. Namun bangunannya beberapa kali dipindah sampa pada akhirnya berada di daerah Ganting, Kota Padang, Sumatra Barat mulai tahun 1805. Atapnya yang berbentuk persegi delapan itu dibuat oleh para pekerja etnis Cina yang membantu mengembangkan bangunan ini, setelah Belanda menambahkan bangunan masjid ini sebagai kompensasi digunakannya tanah wakaf untuk jalur transportasi pabrik semen Indarung ke Pelabuhan Teluk Bayur. Masjid ini juga tetap kokoh dan tidak mengalami kerusakan pada saat dilanda gempa dan Tsunami di tahun 1833. Presiden Pertama Indonesia, Bung Karno, juga pernah mengungsi ke masjid ini sebelum diasingkan ke Bengkulu di tahun 1942.




destinesia wisata destinasi wisata indonesia
Dalam dokumen yang diterbitkan oleh Departemen Agama, disebutkan masjid ini dibangun pada tahun 1790 dari bahan kayu dengan atap berbahan rumbia dan masjid yang lebih baik lagi dibangun pada tahun 1805. Lain lagi menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang, yang menyebut masjid ini mulai dibangun pada tahun 1805 dan awalnya dikenal sebagai "Masjid Kampung Gantiang" dengan bangunan berupa surau berlantaikan batu dengan dinding berplester tanah dan atap berundak-undak.
Dari sejumlah catatan diketahui bahwa pembangunan masjid ini diprakarsai oleh tiga tokoh masyarakat setempat, yaitu Angku Gapuak (saudagar), Angku Syekh Haji Uma (kepala kampung Ganting), dan Angku Syekh Kapalo Koto (ulama), sementara biayanya banyak diperoleh dari para saudagar dan ulama Minangkabau di sejumlah tempat di Sumatera. Masjid ini juga tercatat sebagai salah satu bangunan yang tetap utuh dari terjangan gelombang tsunami yang merambah sebagian besar Padang akibat gempa bumi Sumatera pada tahun 1833, hanya saja lantai batunya kemudian diganti dengan lantai campuran kapur kulit kerang dan batu apung.
destinesia wisata destinasi wisata indonesia
Pada tahun 1910, Belanda mendirikan pabrik semen di Indarung, Padang. Untuk mentranspor semen ke Pelabuhan Teluk Bayur, Belanda membuka jalan batu melewati tanah Masjid Raya Ganting. Hampir sepertiga dari luas tanah wakaf untuk masjid ini digunakan untuk jalan. Sebagai kompensasi atas tanah tersebut, Belanda membantu mengembangkan masjid ini melalui Komandan Korps Genie wilayah Pesisir Barat Sumatera (wilayah yang meliputi Sumatera Barat dan Tapanuli sekarang). Pengembangan yang dilakukan termasuk perpanjangan bilik muka sepanjang 20 meter dan pembuatan bagian depan (fasad) masjid bergaya Portugis. Selain itu, lantai masjid diganti dengan semen yang didatangkan dari Jerman. Pada tahun 1900, dimulailah pemasangan tegel dari Belanda yang dipesan melalui NV Jacobson van den Berg. Pemasangan tegel tersebut ditangani oleh tukang yang ditunjuk langsung oleh pabrik dan selesai pada tahun 1910.
Sementara itu, etnis Cina di bawah komando Kapten Lo Chian Ko ikut mengerahkan tukang-tukang Cina untuk mengerjakan kubah yang dibuat persegi delapan mirip atap vihara. Begitu juga, pada mihrab tempat imam memimpin salat dan menyampaikan khotbah dibuat ukiran kayu mirip ukiran Cina. Di bagian tengah masjid juga dibangun sebuah muzawir berukuran 4 × 4 m² berbentuk panggung dari kayu dan diberi ukiran Cina. Muzawir berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan dan penyambung suara imam sehingga makmum dapat mengikuti gerakan imam. Setelah ada pengeras suara, muzawir tidak digunakan lagi sehingga pengurus masjid membongkar bangunan tersebut pada tahun 1974 (atau 1978).
Setelah itu, pembangunan masjid dilanjutkan pada tahun 1960 dengan pemasangan keramik pada 25 tiang ruang utama yang aslinya terbuat dari batu bata. Kemudian, menara pada bagian kiri dan kanan masjid selesai dibangun pada tahun 1967. Pada tahun 1995, dilakukan pemasangan keramik pada dinding ruang utama. /**

0 Response to "Masjid Raya Ganting, Bung Karno pernah Mengungsi ke Masjid Ini"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel