Wisata Kampung Jamu Semarang


Kampung Jamu yang berada di Desa Sumbersari, Wonolopo Kecamatan Mijen dan Desa Ngadirgo Kecamatan Mijen, Kota Semarang, ini adalah kampung tematik yang digagas Walikota Semarang Hendrar Prihadi untuk mempercepat pemerataan pembangunan dan kesejahteraan.

Sebagai Kampung Jamu, warga di dua kampung ini tidak hanya menjadi penjual saja, tetapi juga sebagai produsen sejak dari hulu. Berbagai tanaman bahan jamu ditanam di pekarangan warga.

Mulai temu lawak, kunyit, daun pepaya dan manjakani, cabe, lempuyang dan beberapa bahan lagi, ditanam sendiri oleh warga.

Jamu-jamu itu mereka jajakan dengan cara digendong, dengan sepeda atau sepeda motor. Omzet penjualan mereka per hari ada yang mencapai 50 kilogram. Namun banyak pula yang memiliki omzet 10 kg perhari.

Setiap hari, ibu-ibu penjaja jamu ini bisa membawa 15-20 liter jamu gendong. Bagi yang memakai sepeda motor bahkan bisa sampai 70 liter.

Mereka membawa aneka jamu seperti beras kencur, gula asem, cabe puyang, daun pepaya, kunyit, manjakani, brotowali dan lainnya.

Ilmu meracik jamu di kampong ini umumnya didapat secara turun-temurun atau melalui kerja “magang” di peracik yang sudah professional.

Selain ilmu meracik mereka juga belajar strategi berdagang jamu gendong, seperti tentang kejujuran. Seperti tidak boleh mencampur dengan zat kimia dalam jamunya. Jika itu dilakukan, manfaat jamu akan terasa dan konsumen menjadi percaya.

Menurut penuturan warga kepada NUANSA, dalam kesehariannya warga Kampung Jamu sudah sibuk sejak dini hari.

Di waktu tiga per empat malam, mereka sudah memulai rutinitasnya. Karena meracik jamu gendong diperlukan ketelatenan khusus.

Bahan-bahan meracik jamu, seperti kunyit, kencur, jahe, cabe puyang, kayu pepet, asam jawa, dan sambiroto diproses dengan telaten.

Perlakuan khusus juga kadang diberikan pada bahan itu, misalnya jenis rimpang yang selalu harus diangin-anginkan. Beberapa yang lain, ada pula yang harus disimpan dalam tempat kedap udara atau bahkan diproses ketika masih segar.

Seluruh proses itu diawali dari merebus air. Karena seluruh proses itu memerlukan banyak air panas. Sambil menunggu air mendidih, biasanya bahan yang tersedia ditumbuk menggunakan lumpang. Mereka memang tidak menggunakan blender agar cita rasa tidak berubah.

Bahan yang sudah ditumbuk, kemudian diperas untuk diambil sarinya. Proses memeras ini ketika bahan sudah tak mengeluarkan cairan, dibantu dengan air panas. Baru kemudian perasan itu direbus, dicampur dengan gula Jawa, atau bahan lain menyesuaikan kebutuhan.

Ketika rebusan sudah jadi harus segera dimasukkan ke dalam botol kaca yang sudah diberi garam. Bukan botol plastic! Karena menurut mereka, botol plastic dapat merusak kualitas jamu dan menimbulkan penyakit akibat reaksi kimia.

Walikota Hendrar Prihadi menyebutkan bahwa dengan branding sebagai Kampung Jamu, diharapkan akan menghilangkan kompetisi atau persaingan tidak sehat. Upaya itu sudah sukses.

“Selain produknya, jika nanti sudah jadi branding yang kuat, semua bisa menjadi desa wisata. Semua akan menarik untuk dikunjungi. Ini pembangunan berbasis kerakyataan. Pemerintah memfasilitasi passion yang ada di masyarakat,” kata Hendi. /**

1 Response to "Wisata Kampung Jamu Semarang"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel