Masjid Raya Ganting, Bung Karno pernah Mengungsi ke Masjid Ini
Selasa, 07 Oktober 2014
Add Comment
Masjid Raya ganting awalnya dibangun pada tahun 1700. Namun bangunannya beberapa kali dipindah sampa pada akhirnya berada di daerah Ganting, Kota Padang, Sumatra Barat mulai tahun 1805. Atapnya yang berbentuk persegi delapan itu dibuat oleh para pekerja etnis Cina yang membantu mengembangkan bangunan ini, setelah Belanda menambahkan bangunan masjid ini sebagai kompensasi digunakannya tanah wakaf untuk jalur transportasi pabrik semen Indarung ke Pelabuhan Teluk Bayur. Masjid ini juga tetap kokoh dan tidak mengalami kerusakan pada saat dilanda gempa dan Tsunami di tahun 1833. Presiden Pertama Indonesia, Bung Karno, juga pernah mengungsi ke masjid ini sebelum diasingkan ke Bengkulu di tahun 1942.
Baca Juga
Dari sejumlah catatan diketahui
bahwa pembangunan masjid ini diprakarsai oleh tiga tokoh masyarakat setempat,
yaitu Angku Gapuak (saudagar), Angku Syekh Haji Uma (kepala kampung Ganting),
dan Angku Syekh Kapalo Koto (ulama), sementara biayanya banyak diperoleh dari
para saudagar dan ulama Minangkabau di sejumlah tempat di Sumatera. Masjid ini juga
tercatat sebagai salah satu bangunan yang tetap utuh dari terjangan gelombang
tsunami yang merambah sebagian besar Padang akibat gempa bumi Sumatera pada
tahun 1833, hanya saja lantai batunya kemudian diganti dengan lantai campuran
kapur kulit kerang dan batu apung.
Pada tahun 1910, Belanda mendirikan
pabrik semen di Indarung, Padang. Untuk mentranspor semen ke Pelabuhan Teluk
Bayur, Belanda membuka jalan batu melewati tanah Masjid Raya Ganting. Hampir
sepertiga dari luas tanah wakaf untuk masjid ini digunakan untuk jalan. Sebagai
kompensasi atas tanah tersebut, Belanda membantu mengembangkan masjid ini
melalui Komandan Korps Genie wilayah Pesisir Barat Sumatera (wilayah yang
meliputi Sumatera Barat dan Tapanuli sekarang). Pengembangan yang dilakukan
termasuk perpanjangan bilik muka sepanjang 20 meter dan pembuatan bagian depan
(fasad) masjid bergaya Portugis. Selain itu, lantai masjid diganti dengan semen
yang didatangkan dari Jerman. Pada tahun 1900, dimulailah pemasangan tegel dari
Belanda yang dipesan melalui NV Jacobson van den Berg. Pemasangan tegel
tersebut ditangani oleh tukang yang ditunjuk langsung oleh pabrik dan selesai
pada tahun 1910.
Sementara itu, etnis Cina di bawah
komando Kapten Lo Chian Ko ikut mengerahkan tukang-tukang Cina untuk
mengerjakan kubah yang dibuat persegi delapan mirip atap vihara. Begitu juga,
pada mihrab tempat imam memimpin salat dan menyampaikan khotbah dibuat ukiran
kayu mirip ukiran Cina. Di bagian tengah masjid juga dibangun sebuah muzawir
berukuran 4 × 4 m² berbentuk panggung dari kayu dan diberi ukiran Cina. Muzawir
berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan dan penyambung suara imam
sehingga makmum dapat mengikuti gerakan imam. Setelah ada pengeras suara,
muzawir tidak digunakan lagi sehingga pengurus masjid membongkar bangunan
tersebut pada tahun 1974 (atau 1978).
Setelah itu, pembangunan masjid
dilanjutkan pada tahun 1960 dengan pemasangan keramik pada 25 tiang ruang utama
yang aslinya terbuat dari batu bata. Kemudian, menara pada bagian kiri dan
kanan masjid selesai dibangun pada tahun 1967. Pada tahun 1995, dilakukan
pemasangan keramik pada dinding ruang utama. /**
0 Response to "Masjid Raya Ganting, Bung Karno pernah Mengungsi ke Masjid Ini"
Posting Komentar