Masjid Raya Al-Mashun Medan, Dekat Taman Sri Deli dan Istana Maimun
Selasa, 07 Oktober 2014
Add Comment
Masjid Al-Mashun dibangun pada
tahun 1906 s/d tahun 1909 oleh Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam. Kemegahan
masjid ini memang disengajakan oleh Sultan, yang menganggap masjid ini harus
lebih megah dari istananya, Istana Maimun. Sebagian bahan bangunan untuk masjid
ini diimpor dari luar negeri, seperti marmer untuk dekorasi diimpor dari Italia
dan Jerman, dan kaca patri dari Cina, dan lampu gantung dari Prancis. Arsitek
Belanda yang merancang masjid ini, JA Tingdeman merancang bangunan ini dengan
corak bangunan Maroko, Eropa, Melayu, dan Timur Tengah.
Sebagai pemimpin Kesultanan Deli, Sultan
Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam mulai melaksanakan pembangunan Masjid Raya Al
Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H). Keseluruhan pembangunan
rampung pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H) sekaligus digunakan
ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini.
Keseluruhan pembangunan masjid ini menghabiskan
dana sebesar satu juta Gulden. Sultan memang sengaja membangun mesjid kerajaan
ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan
istananya sendiri, Istana Maimun. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung
sendiri oleh Sultan, namun konon Tjong A Fie, tokoh kota medan dari etnis
Thionghoa yang sejaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyd turut berkontribusi
mendanai pembangunan masjid ini.
Konon, awalnya ini dirancang oleh
Arsitek Belanda Van Erp yang juga merancang istana Maimun, namun kemudian
proses-nya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau
Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi
candi Borobudur di Jawa Tengah. Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain:
marmer untuk dekorasi diimpor dari Italia, Jerman dan kaca patri dari Cina dan
lampu gantung langsung dari Prancis.

Gang-gang ini punya deretan
jendela-jendela tak berdaun yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri
di atas balok. Baik beranda dan jendela-jendela lengkung itu mengingatkan disain
bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan
kubah mesjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi
delapan. Kubah utama dikitari empat kubah lain di atas masing-masing beranda,
dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Mesjid
Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid, terdapat delapan pilar utama
berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada
bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing.
Gerbang mesjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara
mesjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab. /**
0 Response to "Masjid Raya Al-Mashun Medan, Dekat Taman Sri Deli dan Istana Maimun "
Posting Komentar